Dalam bisnis impor, ada dua risiko besar yang sering muncul bersamaan: overstock yang membuat modal tertahan dan stock out yang menyebabkan kehilangan penjualan. Keduanya bisa menghambat pertumbuhan bisnis jika tidak dikelola dengan perhitungan yang tepat. Karena itu, strategi restock yang terencana menjadi langkah penting untuk menjaga cash flow tetap sehat.
Artikel ini membahas cara menentukan kapan waktu yang aman untuk melakukan repeat order berdasarkan perhitungan dasar yang relevan untuk importir pemula maupun yang sudah berjalan.
Daftar Isi
Toggle1. Menguasai Total Lead Time (Waktu Tunggu)
Total Lead Time adalah durasi dari saat kamu melakukan pemesanan hingga barang siap dijual di gudang. Komponen utamanya meliputi:
- Lead Time Supplier: waktu produksi atau persiapan hingga barang masuk gudang forwarder di China.
- Shipping Time: waktu pengiriman melalui laut atau udara hingga barang tiba di Indonesia.
Memahami angka ini membantu kamu menentukan batas aman sebelum stok benar-benar menipis. Gunakan data historis pengirimanmu sendiri untuk mendapatkan estimasi yang lebih akurat, bukan sekadar mengandalkan janji supplier.
2. Menghitung Reorder Point (ROP)
Reorder Point (ROP) adalah titik minimum stok yang menandakan kamu perlu melakukan pemesanan ulang sekarang juga. ROP memastikan bisnis tetap berjalan tanpa jeda penjualan.
Rumus ROP:
ROP = (Rata-rata Penjualan Harian × Total Lead Time) + Safety Stock
Contoh:
Jika rata-rata penjualan harian = 10 unit
Lead Time = 30 hari
Maka stok harus mulai diisi ulang saat menyentuh 300 unit, belum termasuk Safety Stock.
Dengan rumus sederhana ini, keputusan restock tidak lagi bersifat tebakan.
3. Pentingnya Safety Stock (Stok Pengaman)
Safety Stock adalah stok cadangan yang disiapkan untuk kondisi yang tidak terduga, seperti:
- keterlambatan logistik,
- pemeriksaan kepabeanan,
- lonjakan permintaan mendadak,
- atau produk reject saat QC.
Safety Stock berfungsi sebagai buffer agar bisnis tetap berjalan meski terjadi kendala. Jumlahnya harus proporsional, tidak terlalu besar hingga menahan modal, tetapi cukup untuk mencegah risiko stock out total.
4. Menemukan Titik Keseimbangan Overstock vs. Stock Out
Importir perlu memahami bahwa keduanya memiliki dampak finansial:
- Overstock: modal tertahan, biaya penyimpanan naik, dan risiko barang ketinggalan tren.
- Stock Out: kehilangan penjualan, pelanggan pindah ke kompetitor, dan reputasi bisnis ikut terpengaruh
Gunakan ROP sebagai alat kontrol untuk menyeimbangkan kedua risiko ini. Bila cash flow terbatas, lebih baik melakukan restock dalam volume kecil tetapi lebih sering, asalkan tetap sesuai dengan permintaan pasar.
5. Menentukan Jalur Pengiriman untuk Strategi Restock
Jalur pengiriman juga harus masuk dalam pertimbangan perhitungan restock:
- Pengiriman Laut: cocok untuk pengisian stok dasar dan volume besar karena lebih hemat biaya.
- Pengiriman Udara: digunakan untuk kebutuhan mendesak atau penanganan potensi stock out, meski biayanya lebih tinggi.
Mengombinasikan dua jalur ini memungkinkan perencanaan restock yang lebih fleksibel dan adaptif.
KesimpulanÂ
Strategi restock anti-bangkrut dimulai dari kemampuan membaca data secara konsisten: lead time, penjualan harian, dan kebutuhan Safety Stock. Perhitungan yang disiplin membantu bisnis menghindari dua jebakan besar, overstock dan stock out, serta memastikan cash flow tetap terjaga.
Dengan pendekatan yang terukur, proses repeat order tidak lagi bersifat reaktif, tetapi menjadi bagian dari sistem yang membuat bisnis impor berjalan lebih stabil dan terarah.




